Modul Pembelajaran Sistem Gas Buang Sepeda Motor
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Pembelajaran
Perkembangan otomotif sebagai alat
transportasi, baik di darat maupun di laut, sangat memudahkan manusia dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Selain mempercepat dan mempermudah aktivitas, di
sisi lain penggunaan kendaraan bermotor juga menimbulkan dampak yang sangat
buruk terhadap lingkungan, terutama gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar
yang tidak terurai atau terbakar dengan sempurna.
Modul pembelajaran Sistem Gas Buang Sepeda Motor
berisi materi dan informasi tentang pengertian gas buang,
Mengidentifikasi emisi kendaraan bermotor dan efeknya terhadap lingkungan, Menjelaskan hubungan
antara kegagalan sistem kontrol emisi dan gejalanya, Menyebutkan tipe-tipe
sistem dan komponen emisi, Menjelaskan
prinsip kerja sistem kontrol emisi, perakitan pendahuluan, dan
komponen-komponennya (sesuai dengan penggunaannya), Melaksanakan
pendiagnosaan gangguan sistem gas buang.
Materi diuraikan secara praktis agar siswa mudah
memahami bahasan yang disampaikan.
Modul ini disusun dalam satu kegiatan pembelajaran yang berisi tujuan, materi, dan diakhir
materi disampaikan rangkuman yang memuat intisari materi, dilanjutkan test
formatif. Setiap siswa harus mengerjakan test tersebut sebagai indikator
penguasaan materi, jawaban test kemudian diklarifikasi dengan kunci jawaban.
Diakhir modul terdapat evaluasi sebagai uji kompetensi
siswa. Uji kompetensi dilakukan
secara teroritis dengan menjawab pertanyaan pada soal evaluasi, guru menilai berdasarkan lembar jawaban test
siswa. Melalui evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi siswa.
B.
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari
bahan ajar ini, siswa dapat memahami arti dari system gas buang pada sepeda
motor dan efeknya terhadap lingkungan, serta dapat menjelaskan tipe-tipe dan
komponen emisi gas buang.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa
dapat:
1. Pengertian
system emisi gas buang
2. Mengidentifikasi
emisi kendaraan bermotor dan efeknya terhadap lingkungan
3. Menjelaskan
prinsip kerja, tipe-tipe dan komponen
emisi gas buang
C. Petunjuk Penggunaan Modul
a.
Bacalah dan pahami dengan seksama uraian materi yang
disajikan dalam modul ini, kemudian pahami pula penerapan materi tersebut dalam
contoh-contoh soal beserta cara penyelesaiannya. Bila terpaksa masih ada materi
yang kurang jelas dan belum bisa dipahami dapat ditanyakan kepada guru yang
mengampu mata pelajaran tersebut.
b.
Coba kerjakan setiap soal latihan secara mandiri, hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui sebarapa besar pemahaman yang telah dimiliki
setiap siswa terhadap materi-materi yang telah dibahas.
c.
Apabila dalam kenyataannya dalam belajar siswa belum
menguasai materi pada level yang diharapkan, coba ulangi membaca dan mengrjakan
lagi latihan-latihan dan jika bertanya kepada guru yang mengampu mata pelajaran
tersebut.
D.
Alokasi Waktu :
PERTEMUAN
|
WAKTU
|
Pertemuan I
|
3 x 35menit
|
Pertemuan II
|
3 x 35menit
|
Pertemuan III
|
3 x 35menit
|
Pertemuan IV
|
3 x 35menit
|
Pertemuan V
|
3 x 35menit
|
Pertemuan VI
|
3 x 35menit
|
Pertemuan VII
|
3 x 35menit
|
Pertemuan VIII
|
3 x 35menit
|
Pertemuan IX
|
3 x 35menit
|
Pertemuan X
|
3 x 35menit
|
Pertemuan XI
|
3 x 35menit
|
Pertemuan XII
|
3 x 35menit
|
BAB
II
SISTEM
GAS BUANG SEPEDA MOTOR
A. URAIAN
UMUM DAN PENGERTIAN
Gas buang adalah sisa hasil pembakaran yang dihasilkan oleh
pembakaran di dalam mesin kendaraan bermotor.
Fungsi system gas buang adalah:
v
Untuk
menyalurkan gas buang hasil pembakaran ke atmosfer;
v
Meningkatkan
tenaga mesin;
v
Menurunkan
panas;
v
Meredam
suara mesin.
Sistem gas buang
ini terdiri dari: Katup buang, Saluran buang, dan Peredam suara (Muffer).
1.
Katup
Buang
k katup buang bertugas menahan
gas yang sedang terbakar dalam ruang selinder sehingga terbakar seluruhnya dan
pada waktu yang ditentukan katup buang membuka dan menyalurkan gas sisa
pembakaran keluar melalui saluran buang.
2. Saluran buang
Saluran buang dipasang untuk
menyalurkan gas bekas sisa pembakaran di dalam silinder menuju ke peredam
suara.
3. Peredam Suara (Muffer)
Perdam suara bertugas
menyalurkan gas bekas keluar ke atmosfir serta meredam suara mesin.
Peredam suara (Muffer)
biasanya terbagi dua jenis, yaitu:
a.
Jenis
Lurus (Straight Though)
Jenis ini
terdiri dari sebuah pipa lurus yang dilingkupi pipa berdiameter lebih besar.
b.
Jenis
berbelok (Reverse Flow)
Jenis ini
terdiri dari potongan-potongan pipa yang pendek dan sekat-sekat penahan
(baffles) guna menekan gas buang maju dan mundur sebelum keluar. Peredam
seperti ini menciptakan suatu ruang pemuaian yang dapat mengurangi suara gas
buang dan menahan semburan api.
Gambar:
Muffer jenis berbelok
Proses pembakaran bahan bakar dari
motor bakar menghasilkan gas buang yang secara teoritis mengandung unsur CO, NO2,
HC, C, H2, CO2, H2O dan N2, dimana
banyak yang bersifat mencemari lingkungan sekitar dalam bentuk polusi udara.
Bengkel adalah tempat yang memungkinkan pencemaran akibat gas buang dari
kendaraan lebih tinggi dari area lain seperti jalanan , hal ini dikarenakan
sumber pencemaran yang bergerak terkondisi menjadi sumber pencemar tidak
bergerak, sementara banyak sekali bengkel tidak melengkapi sistem yang memadai
mengatasi hal tersebut.
Konsentrasi emisi akan cepat bergerak naik bila terakumulasi pada tempat
yang tertutup dan tidak memiliki sistem ventilasi atau sistem pembuangan yang memungkinkan
pertukaran udara di dalam ruang dengan udara segar dari luar ruangan. Hal ini
sangat berbahaya terhadap pekerja dalam ruangan tersebut khususnya bengkel
kendaraan bermotor, pool, terminal, garasi dan sejenisnya.
Emisi gas buang kendaraan bermotor dari segala model mesin pembakaran di
dalam (Internal combustion engine), dengan penyempurnaan konstruksi dan
teknologi yang diterapkan, tetap menghasilkan emisi gas buang, hal ini terjadi
karena perubahan wujud bahan bakar dan udara pada saat terjadi proses
pembakaran.
B. TEKNOLOGI
BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
Dilihat dari fungsi kendaraan
bermotor, yang dituntut selalu mampu bergerak (mobile) ke seluruh penjuru jalan
yang dikehendaki, maka kendaraan bermotor tersebut mememrlukan jenis bahan bakar
yang bukan saja memenuhi syarat kesempurnaan pembakaran, melainkan juga harus
mudah dibawa, relatif ringan, mudah malakukan pengisian kembali, masih banyak
lagi. Bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut adalah bahan bakar minyak. Namun
dewasa ini, bahna bakar fosil ini mengalami berbagai kendala, antara lain: keterbatasan
sumber yang tersedia, tidak dapat diperbaharui, menimbulkan pencemaran udara
yang dapat mengganggu kehidupan manusia serta keseimbangan lingkungan dan lain
sebagainya. Salah satu zat pencemar yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak
pada waktu itu adalah munculnya timah hitam yang sengaja dicampurkan pada bahan
bakar minyak itu. Dengan kenyataan tersebut maka pakar otomotif bekerjasama dengan
pakara pakar energi menciptakan bahan bakar minyak yang memenuhi persyaratan
motor bakar tanpa mengandung timah hitam.
1.
Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Di Indonesia jenis bahan bakar yang
secara komersial telah diperkenalkan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori
yakni:
a. Bensin
(gasoline)
b. Solar
c. Gas
Dilihat dari kadar zat pencemar
udara yang dihasilakna dari hasil pembakaran bahan bakar tersebut,
masing-masing memiliki keunggulan maupun kelemahan sesuai dengan karekteristik
serta sistem pembakaran.
a. Bahan
Bakar Bensin (Gasolin)
Bensin adalah salah satu jenis
bahan bakar hasil tambang yang telah diproses pada kilang minyak. Beberapa
sifat utama bensin adalah:
-
Mempunyai bakar yang tinggi;
-
Mempunyai kesanggupan menguap pada suhu
rendah;
-
Campuran antara oksigen dan bahan bakar
dapat terbakar dengan segera;
b. Bahan
Bakar Diesel (Solar)
Prinsip pembakaran pada motor diesel
adalah karena terbakar dengan sendirinya antara campuran solar yang dinjeksikan
(dikabutkan) dengan udara yang dimasukkan ke ruang bakar hampir secara
adiabatik. Zat pencemar karbon monoksida yang dihasilkan oleh motor disel
melalui gas buangannya sangat kecill, karena biasanya mesin disel bekerja
dengan kelebihan udara. Tetapi disisi lain, akan terbentuk nitrogen oksida. Kualitas
penyalaan bahan bakar disel dapat diperhatikan dengan penambahan sejumlah kecil
zat kimia tertentu, misalnya nitrat organik, dan peroksida (contoh amilnitrat,
asetoperoksida). Asap yang dipancarkan oleh motor disel adalah partikulat dalam
gas buangan yang berisi PAHs dan jelaga. Gas buangan yang berasap hitam
merupakan / menandakan kegagalan pembakaran atau adanya pembentukan karbon
diruang bakar atau kerusakan lainnya. Pembentukan jelaga pada pengoperasian
mesin disel pada beban penuh dapat dikurangi dengan mengurangi beban mesin.
Pada beban rendah, motor disel bekerja dengan campuran miskin, sehingga
kemungkinan timbulnya jelaga dapat diperkecil. Oleh karena daya maksimum yang
dapat dihasilkan oleh motor disel dilihat dari kehitaman warna asap gas
buangannya. Jelaga berwarna hitam yang dipancarkan melalui gas buangan motor
disel harus dihindari, karena bukan saja mengganggu lalu lintas, tetapi juga
mengandung karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada manusia.
c. Bahan
Bakar Gas (BBG) / Compressed Natural Gas (CNG)
Hampir semua emzim kendaraan
bermotor dapat diubah bahan bakarnya dengan bahan bakar gas (BBG) yang
menghasilkan polusi lebih rendah. Penggunaan bahan bakar gas (BBG) pada
kendaraan bermotor dapat mengurangi kadar karbon monoksida (CO) sebanyak 90%
dan kadar hidrokarbon (HC) 40%. Hal ini terjadi karena penggunaan BBG sangat
memungkinkan terjadinya campuran udara-bahan bakar lebih merata, sehingga
pembakaran dapat terjadi secara sempurna.
2.
Dasar-dasar
Pembakaran Motor Bensin
Motor bensin adalah sebuah pesawat
yang memanfaatkan tenaga panas diubah menjadi tenaga mekanis. Tenaga panas
tersebut diperoleh dari hasil pembakaran yang terjadi pada motor itu sendiri.
Proses pembakaran pada motor bensin
terjadi diatas torak di dalam silinder, oleh karena itu proses suplay, proses
pembakaran dan proses setelah pembakaran merupakan suatu rentetan peristiwa
yang cermat dan tepat sehingga pembakaran pada ruang tertutup tersebut dapat
terjadi dengan tepat.
Pemberian bahan bakar pada motor harus
memenuhi syarat umum sebagai berikut:
-
Jumlah campuran harus tepat dengan
kebutuhan;
-
Perbandingan bahan bakar dan udara harus
sesuai;
-
Kwalitas pencampuran (homogenitas) yang
tepat;
Ada beberapa peristiwa/ masalah
yang dapat mempengaruhi pembakaran apabila ketiga factor tersebut diabaikan,
yaitu:
a.
Banjir
Istilah
ini adalah suatu peristiwa dimana jumlah
campuran yang masuk ke ruang bakar melebihi dan pembakaran tidak terjadi dengan
normal, akibatnya:
-
Boros bahan bakar;
-
Tenaga motor tidak maksimal;
b.
Campuran Kaya ataupun Kurus
-
Campuran kaya
Istilah
ini adalah suatu peristiwa dimana bahan bakar bensin lebih banyak dari udara.
-
Campuran Kurus
Istilah
ini adalah suatu peristiwa dimana udara lebih banyak dari bensin.
c.
Campuran Ideal
Istilah
ini adalah perbandingan antara udara dan bensin sesuai dengan kondisi kerja
mesin;
Perbandingan campuran bensin dan
udara pada umumnya dinyatakan berdasarkan perbandingan berat bensin dengan
berat udara, apabila terjadi penyimpangan perbandingan campuran, misalnya campuran
kaya atau campuran kurus, diperlukan penyetelan yang tepat pada komponen
karburator.
C. TEKNOLOGI
PENCEMARAN UDARA/ POLUSI UDARA
Polusi
udara adalah masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam udara sehingga
mengakibatkan terganggunya fungsi udara.
Bahan
pencemar berasal dari: emisi kendaraan bermotor, cerobong asap pabrik,
generator pembangkit listrik, kilang minyak.
70% bahan
pencemar udara dibeberapa kota besar berasal dari emisi kendaraan bermotor
Gambar: Sumber Pencemar Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh
asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2,
CFC, CO, dan asap rokok.
1.
CO2 (Karbon Dioksida)
Pencemaran udara yang paling
menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon
dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yangmenggunakan bahan bakar fosil
(batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal,pesawat terbang, dan pembakaran
kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidaksegera diubah menjadi
oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruhdunia yang ditebang.
Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapatmengakibatkan efek rumah kaca.
2.
CO (Karbon Monoksida)
Di lingkungan rumah dapat pula
terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi
tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses
pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi
ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut. Selain
itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga
berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga
dapat menyebabkan kematian.
3.
CFC (Chloro Fluoro Carbon)
Pencemaran dara yang berbahaya
lainnya adalah gas khloro fluoro karbon (disingkat CFC). Gas CFC digunakan
sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berbahaya. Gas ini dapat digunakan misalnya untuk mengembangkan busa
(busa kursi), untuk AC (freon), pendingin pada almari es, dan penyemprot rambut
(hair spray). Gas CFC yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat
lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi
dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya
ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian organisme, tumbuhan
menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebebkan kanker kulit atau
kanker retina mata. Jika gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC
dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang” yang disebut sebagai
“lubang” ozon. Menurut pengamatan melalui pesawat luar angkasa, lubang ozon di
kutub Selatan semakin lebar. Saat ini luasnya telah melebihi tiga kali luas
benua Eropa. Karena itu penggunaan AC harus dibatasi.
4.
SO, SO2
Gas belerang oksida (SO, SO2)
di udara juga dihasilkan oleh pembakaran fosil (minyak, batubara). Gas tersebut
dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang menyebabkan air
hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam. Hujan asam mengakibatkan
tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi pertanian merosot. Besi dan logam
mudah berkarat. Bangunan – bangunan kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan
rusak. Demikian pula bangunan gedungdan jembatan.
5.
Asap Rokok
Asap Rokok Polutan udara yang lain
yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai
bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk kronis, kanker patu-paru,
mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.
Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif.
Perokok aktif adalah mereka yang
merokok.
Perokok pasif adalah orang yang
tidak merokok tetapi menghirup asap rokok di suatu ruangan. Menurut penelitian perokok
pasif memiliki risiko yang lebih besar di bandingkan perokok aktif. Jadi,
merokok di dalam ruangan bersama orang lain yang tidak merokok dapat mengganggu
kesehatan orang lain.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran
udara antara lain:
1.
Terganggunya kesehatan manusia, seperti
batuk dan penyakit pernapasan (bronkhitis, emfisema, dan kemungkinan kanker
paruparu.
2.
Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi
pada logam, dan memudarnya warna cat.
3.
Terganggunya pertumbuhan tananam, seperti
menguningnya daun atau kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang
tinggi atau gas yang bersifat asam.
4.
Adanya peristiwa efek rumah kaca (green
house effect) yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta dapat
mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub. Bila es meleleh maka
permukaan laut akan naik sehingga mempengaruhi keseimbangan ekologi.
5.
Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh
pencemaran oksida nitrogen.
D. KOMPOSISI
DAN PERILAKU GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR
Emisi kendaraan bermotor mengandung
berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung
dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu
operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit.
Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar
bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya
karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari
knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak
terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin. Walaupun gas buang
kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti
nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga
senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan kesehatan
maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang
buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), senyawa hindrokarbon,
berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk
timbel (Pb).
E. EMISI
GAS BUANG KENDARAAN MOTOR BENSIN
Emisi
zat pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor bersumber dari:
1.
Blow by gas
merupakan gas yang lolos kedalam ruang engkol melalui celah antara ring piston
dan silinder ketika terjadi langkah kompresi.
-
Berupa gas
Hydrocarbon (HC)
-
Bila dibiarkan
didalam engkol bisa merusak kualitas oli
-
Dimasukkan lagi
kedalam ruang bakar melalui PCV valve
2.
Evaporated fuel
merupakan penguapan bensin dari dalam tangki maupun ruang pelampung dalam karburator
-
Berupa gas Hydrocarbon
(HC)
-
Bisa dimasukkan
kedalam saluran intake untuk dibakar didalam mesin melalui EVAP system
3.
Emisi gas buang
merupakan gas hasil pembakaran di dalam mesin dan dikeluarkan melalui saluran
pembuangan (knalpot)
-
Gas buang: CO2,
H2O, O2, HC, CO, NOx, Pb, SOx dll
-
Emisi: HC (Hydro
Carbon), CO (Carbon Monoxide), NOx (Nitrogen Oxide), SOx (Sulfur-oxide), Pb dan
lain-lain
Zat pencemar udara utama yang
terkandung dalam gas buangan kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari:
- Karbon
Monoksida (CO)
- Karbon
Dioksida (CO2)
- Hidrokarbon
(HC)
- Nitrogen Oksida (NOx)
- Partikulat
Sedang zat pencemar udara lainnya,
seperti sulfur oksida (SOx) dan senyawa timah hitam (Pb) biasanya berasal dari
bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor tersebut.
a. Karbon
Monoksida (CO)
Pembentukan karbon monoksida di
ruang bakar disebabkan oleh proses pembakaran yang tidak sempurna. Oleh karena
itu besar atau kecilnya jumlah karbon monoksida yang dihasilkan oleh setiap
kendaraan tersebut sangat tergantung pada tingkat kesempurnaan proses
pembakaran. Sebagai salah satu contoh, dapat dijelaskan proses terjadinya
pembakaran bahan bakar bensin (C8H18) pada ruang enjin
otto. Proses permbakaran dapat terjadi sempurna jika kebutuhan oksigen / udara
untuk membakar bahan bakar bensin tersebut dijaga pada rasio yang memadai.
Oleh karena itu agar proses
pembakaran tersebut terjadi secara sempurna, harus memenuhi reaksi kimia
tersebut :
2C8H18 + 25O2
16CO2 + 18H2O
Artinya:
Untuk membakar secara sempurna 2
molekul C8H18 diperlukan 25 molekul O2. Dengan perkataan lain, untuk
membakar sempurna 228 gr C8H18 diperlukan oksigen seberat
800 gr atau 1 gr C8H18 memerlukan 3,5 gr oksigen.
b. Karbon
dioksida (CO2)
Karbon dioksida (CO2)
merupakan hasil pembakaran antara bahan bakar dengan udara di ruang bakar.
Karbon dioksida selalu terbentuk disepanjang proses pembakaran berlangsung.
c. Hidrokarbon
(HC)
Hidrokarbon (HC) terbentuk karena
adanya bahan bakar yang tidak terbakar pada saat proses pembakaran.
d. Nitrogen
Oksida (NOx)
Nitrogen oksida (NOx) dihasilkan
senyawa nitrogen dan oksida yang terkandung di udara dari capuran udara-bahan
bakar. Kedua unsur tersebut bersenyawa jika temperatur didalam ruang bakar
diatas 1.800OC. 95% dari Nox yang terdapat pada gas buangan berupa nitric oxide
(NO) yang terbentuk di dalam ruang bakar, dengan reaksi kimia beriku: N2
+ O2 → 2NO
Nitric oxide ini selanjutnya
bereaksi dengan oksigen diudara membentuk nitrogen dioksida (NO2). Dalam
kondisi normal, nitrogen (N2) akan stabil berada diudara atmosfer sebesar
hampir 80%, namun dalam keadaan temperatur tinggi (diatas sekitar 1.800 °C) dan
pada konsentrasi oksigen yang tinggi, maka nitrogen bereaksi dengan oksigen
membentuk NO. Pada kondisi ini maka konsentrasi NOx justru akan semakin besar
pada proses pembakaran yang sempurna.
e. Sulfur
Oksida (SOx) dan Senyawa Timah Hitam
Besarnya zat pencemar sulfur oksida
(SOx) dan senyawa timah hitam sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan bakar yang
mengandung sulfur potensial sebagai sumber penyebab terjadinya sulfur oksida
(SOx).
F. EMISI
GAS BUANG KENDARAAN MOTOR DIESEL
1.
Suspended Particulates (PM10 ) adalah partikel kecil dari bahan padat dan
cair yang ada dalam emisi pembakaran bahan bakar.
-
Jumlah partikulat yang sangat significan tinggi didapatkan pada emisi
pembakaran diesel.
-
Kerusakan fisik (korosi) pada bangunan
-
Partikel kecil bisa masuk kedalam
paru-paru dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan, partikel beracun bisa
masuk kedalam sistem peredaran darah.
Berdasarkan ukurannya,
partikel dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut:
-
0,01- - 10 mm disebut partikel
smog/kabut/asap;
-
10- - 50 mm disebut dust/debu;
-
50- - 100 mm disebut ash/abu.
2.
RESIDU KARBON Partikulat pada gas buang mesin diesel berasal dari
partikel susunan bahan bakar yang masih berisikan kotoran kasar (abu, debu).
Hal itu dikarenakan pemrosesan bahan bakarnya kurang baik.
-
Biasanya solar tidak berwarna atau bening, namun yang ada di sini pasti
berwarna agak gelap. Ini menandakan adanya kotoran dalam bahan bakar.
-
Dengan demikian, pada saat terjadi pembakaran, kotoran tersebut terurai
dari susunan partikel yang lain dan tidak terbakar.
3.
PELUMAS TIDAK TERBAKAR, sebesar 40% berasal dari minyak pelumas dalam
silinder yang tidak terbakar selama proses pembakaran.
4.
SULFAT berasal dari minyak fosil berbentuk sulfur organik dan nonorganik,
menghasilkan sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3)
dengan perbandingan 30:1.
G. NILAI EMISI IDEAL UNTUK MOTOR BENSIN
Keterangan:
H. PENGARUH
EMISI GAS BUANG TERHADAP KEHIDUPAAN MANUSIA
1.
Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida tidak berwarna
dan tidak berbau, serta molekulnya stabil diatmosfer selama 2-4 bulan. Bernapas
dengan menghirup udara yang tercemar oleh gas CO sangat membahayakan kesehatan
manusia. Didalam proses metabolisme darah didalam tubuh, haemoglobin-karbon
monoksida yang mempunyai afinitas 240 kali lebih cepat bila dibandingkan dengan
afinitas pembentukan oksigenhaemoglobin. Gejala pertama terjadinya keracunan
gas CO ditandai oleh sesaik napas karena kekurangan oksigen. Penderitan yang
mendapat gas CO ini segara akan tampak pucat dan apabila tidak segera ditolong
dapat segera pingsan dan kematian. Haemoglobin (Hb) dalam darah akan segera
melepaskan CO apabila si penderita mendapatkan udara segar kembali. Walaupun
keracunan gas CO tersebut dapat diatasi, namun keterlambatan penanganan masalah
ini dapat berakibat fatal karena otak dan jantung manusia merupakan organ tubuh
sangat vital yang paling peka terhadap kekurangan oksigen dalam darah.
2.
Karbon Dioksida (CO2)
Tidak bersifat racun, dialam
mengalami daur ulang melalui proses fotosintesis. Gas ini di atmosfer dapat
menyebabkan timbulnya efek rumah kaca dan ikatan molekul gas ini mampu menyerap
radiasi panas cukup banyak sehingga pada konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan udara terasa lebih panas.
3.
Hidrokarbon (HC)
Gas hidrokarbon terdiri atas
beberapa macam, mulai dari rantai karbon panjang sampai dengan rantai karbon
pendek. Secara umum hidrokarbon di udara merupakan salah satu unsur pembentuk smog
(smoke and fog). Insiden smog yang terkenal terjadi di kota London pada tahun
1952 yang berlangsung selama 4-5 hari dan mengakibatkan kematian sampai selitar
4.000 orang, sebagian besar karbon adalah orang usia lanjut dan penderita penyakit
pernapasan.
4.
Sulfur Oksida (SOx)
Efek gas ini terhadap kesehatan
menusia adalah karena sifat iritatifnya. Lebih dari 95% gas SOx dengan kadar
tinggi yang terhirup akan diserap oleh saluran pernapasan, gas ini dapat
membentuk penderita bronchitis dan lain-lain, penderita penyakit saluran
pernapasan menjadi lebih parah keadaannya. Karena itu maka WHO menyatakan bahwa
gas SOx sebagai salah satu pencemar udara yang paling berbahaya. Gas SOx dapat
membentuk asam sulfat aerosol diudara dan dengan amonia di udara dapat membentuk
partikel ammonium sulfat. Partikel senyawa ini jika masuk paru-paru dapat
menimbulkan gangguan kesehatan yang relatif lebih parah pada si penderita
dibandingkan dengan efek SOx secara sendiri (efek sinergis).
5.
Nitrogen Oksida (NOx)
Pengaruh nitrogen oksida terhadap
lingkungan yang utama adalah sebagai salah satu unsur pembentuk smog. Pengaruh
langsung gas NOx terhadap kesehatan tidak diketahui dengan jelas, akan tetapi
nitrogen monoksida dalam kadar yang cukup tinggi jika terhirup ke dalam
paru-paru akan bereaksi denagn haemoglobin darah dan efeknya sama dengan gas
CO. Nitrogen dioksida dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan.
6.
Timah Hitam
Timah hitam di udara yang berasal
dari kendaraan bermotor dapat berupa partikular maupun gas, misalnya sebagai
oksida, halida. Timah hitam dapat masuk ke dalam sistem tubuh manusia melalui
saluran pernapasan dan / atau pencernaan. Timah hitam sebagai senyawa halida
lebih besar kemugkinannya masuk ke dalam sistem tubuh dibanding dengan sebagai
oksida, karena sebagai senyawa halida lebih mudah terhirup dan larut dalam air.
Timah hitam merupakan salah satu jenis logam berat yang dalam jumlah relatif
kecil dapat mengganggu kesehatan manusia secara serius, baik berupa keracunan
akut maupun akibat akumulatif. Timah hitam yang terserap dan masuk kedalam
aliran darah akan diangkut dan tersimpan pada jaringan lunak dan jaringan yang
mengandung kalsium. Timah hitam tersebut dapat merusak sel karena bereaksi
dengan protein (denaturasi). Gejala awal keracunan timah hitam meliputi antara
lain gejala-gejala sifat mudah marah, kelesuan, hilang nafsu makan, depresi,
sembelit, muntah, kejang perut, gerakan otot tidak terkoordinasi atau
melemahnya otot kerja.
7.
Partikulat
Yang dimaksud denagn partikulat
adalah partikel padat atau cair yang sangat halus ukurannya dan berada di
udara, termasuk diantaranya asap. Umumnya ukuran partikel tersebut sekitar 5
mikron, yakni ukuran yang dapat masuk ke paru-paru.
I. DAMPAK
EMISI GAS BUANG TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
Senyawa-senyawa di dalam gas buang
terbentuk selama energi diproduksi untuk mejalankan kendaraan bermotor.
Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan kesehatan adalah berbagai
oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, logam berat
tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama
pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin. Dibandingkan
dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses
pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak sesempurna di dalam
industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama
berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas
buang kendaraa n bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya yang
sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri
yang tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan
lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka
yang berada di jalan raya seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi
lalu lintas, penjaja makanan sering kali terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya
cukup tinggi. Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya
pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu. Keterkaitan
antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya resiko terhadap
kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade be lakangan ini. Pengaruh yang
merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod smog sampai
pada gangguan estetika dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain diantara kedua
pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru-paru atau organ tubuh lainnya,
penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun khronis, dan kondisi
yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain sperti paru,
misalnya sistem syaraf. Karena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa
secara bersamaan, sering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa manaatau
kombinasi senyawa yang mana yang paling berperan memberikan pengaruh membahayakan
terhadap kesehatan. Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan
tergantung dari toksiats (daya racun) masing-masing senyawa dan seberapa luas
masyarakat terpajan olehnya.
Berdasarkan sifat kimia dan
perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang di dalam gas buang
kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut:
1. Bahan-bahan
pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida
lainnya.
2. Bahan-bahan
pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon
monoksida dan timbel/timah hitam.
3.
Bahan-bahan pencemar yang dicurigai
menimbulkan kanker seperti hidrokarbon.
4.
Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti
kebisingan, debu jalanan, dll.
1.
Bahan-Bahan Pencemar yang Terutama
Mengganggu Saluran Pernafasan
Organ pernafasan merupakan bagian
yang diperkirakan paling banyak mendapatkan pengaruh karena yang pertama
berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal
dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida - oksida sulfur dan nitrogen,
partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang
pada saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang
kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap
berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar makin
meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur bersama dengan
partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya
terhadap kesehatan.
a.
Oksida
sulfur dan Partikulat
Sulfur dioksida (SO2)
merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di
dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paruparu. Karena partikulat di dalam
gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk
sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas
buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang tidak
terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam, nitrat dan sulfat).
Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4) dan
partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2
dan partikulat dapat membengkaknya membrane mukosa dan pembentukan mukosa dapat
meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan
menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung
atau paru-paru dan para lanjut usia.
b.
Oksida
Nitrogen
Diantara berbagai jenis oksida
nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas
yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah
dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke
dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali
dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat
dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah. Karena data
epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan manusia
sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan pada hasil
studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh
yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang
saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3
. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO2 sebsar 250 μg/m3
dan 500 μg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada
penderita asma dan orang sehat.
c.
Ozon
dan oksida lainnya
Karena ozon lebih rendah lagi
larutannya dibandingkan SO2 maupun NO2, maka hampir semua
ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan senyawa oksidan yang paling
kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh.
Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang
dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan oksidan fotokimia
pada kadar 200-500 μg/m³ dalam waktu singkat dapat merusak fungsi paru-paru
anak, meningkat frekwensi serangan asma dan iritasi mata, serta menurunkan
kinerja para olaragawan.
2.
Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan
pengaruh racun sistemik
Banyak senyawa kimia dalam gas
buang kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik karena
setelah diabsorbsi oleh paru, bahan pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah
atau cairan getah bening ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan
setiap organ di dalam tubuh. Senyawa-senyawa yang masuk ke dalam hidung dan ada
dalam mukosa bronkial juga dapat terbawa oleh darah atau tertelan masuk
tenggorokan dan diabsorbsi masuk ke saluran pencernaan. Selain itu ada pula
pemaja nan yang tidak langsung, misalnya melalui makanan, seperti timah hitam.
Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang
dapat menimbulakan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon
monoksida dan timbel.
a. Karbon Monoksida
(CO)
Karbon monoksida dapat terikat
dengan haemoglobin darah lebih kuat dibandingkan dari oksigen membentuk
karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen
ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung
(sistem kardiovaskuler), system syaraf pusat, juga janin, dan semua organ tubuh
yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh CO terhadap sistem
kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah. Penderita
penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling peka terhadap
pajanan CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan penyakit pasien paru,
menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke jantung selama melakukan latihan
gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7 %. Pengaruh pajanan CO kadar
rendah pada system syaraf dipelajari dengan suatu uji psikologi. Walaupun
diakui interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit ditemukan bahwa kadar COHb
16% dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh bahaya ini tidak ditemukan pada
kadar COHb sebesar 5%. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena pajanan
CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil
yang konsekuennya akan menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga
pada janin dan darah. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi
lahir dengan berat badan rendah dibandingkan normal. Menurut evaluasi WHO,
kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit jantung atau paru-paru) tidak
boleh terpajan oleh CO dengan ka dar yang dapat membentuk COHb di atas 2,5%.
Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO dengan kadar sebesar 35 mg/m3
selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh karena itu, untuk menghindari
tercapainya kadar COHb 2,5-3,0% WHO menyarankan pajanan CO tidak boleh
melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3) untuk
waktu 8 jam.
b. Timbel
Timbel ditambahkan sebagai bahan
aditif pada bensin dalam bentuk timbel organik (tetraetil-Pb atau
tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbel organik ini berubah bentuk
menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan
bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran sekitar 0,01 μm.
Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran
yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot.
Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan
sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan
Hb darah yang dapat menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok
dewasa 60-80μg/100 ml dan kelompok anak > 40 μg/100 ml. Pada kadar Pb-darah
kelompok dewasa sekitar 40 μg/100 ml diamati telah ada gangguan terhadap
sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat (ALA).
Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10μg/100
ml. Akumulasi protoporfirin dalam eritrosit (FEP) yang merupakan
akibat dari terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase , dapat terlihat
pada wanita edngan kadar Pb-darah 20 - 30 μg/100 ml, pada pria dengan kadar
25-35 μg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 μg/100 ml. Pengaruh Pb
terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD tidak menyatakan adanya keracunan yang
membahayakan, tetapi dapat menunjukkan adanya pajanan Pb terha dap tubuh.
Meningkatnya ekskresi ALA dan akumulasi FEP dalam urin mencerminkan adanya
kerusakan fungsi fisiologi yang pada akhirnya dapat merusak fungsi metokhondrial.
Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar 60μg/100 ml, yang dapat
menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak. Penelitian pada pengaruh Pb
yang dikaitkan IQ anak telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten.
Sistem syaraf pusat anak lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Gangguan
terhadap fungsi syaraf orang dewasa berdasarkan uji psikologi diamati pada
kadar Pbdarah 50 μg/100 ml. Sedangkan gangguan sistem syaraf tepi diamati pada
kadar Pbdarah 30 μg/100 ml. Timbel dapat menembus plasenta, dan karena
perkembangan otak yang khususnya peka terhadap logam ini, maka janinlah yang
terutama mendapat resiko. Bahan-Bahan Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan
Kanker Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam
bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2μm. Beberapa
dari bahan-bahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik
dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil
nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan
menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat
seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang
mengandung timbel. Untuk beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen,
formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit kadar di dalam emisi
mesin bensin akan sama besarnya dengan mesin solar.
Emisi kendaraan bermotor yang
mengandung senyawa karsinogenik diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ
lain selain paru. Akan tetapi untuk membuktikan apakah pembentukan tumor
tersebut hanya diakibatkan karena asap solar atau gas lain yang bersifat
sebagai iritan. Dalam banyak kasus, analisis risiko dibuat berdasarkan hasil
studi epidemiologi. Apabila analisisanalisis tersebut cukup lengkap dan dapat
mengendalikan berbagai factor pengganggu (confounding) seperti misalnya
ke biasaan merokok, maka kesimpulan yang ditarik dapat sangat berharga, tanpa
peduli apakah hasil studi pada umumnya hasil studi seperti itu jarang
didapatkan. Mengesampingkan pengaruh yang langka akibat pencemaran, seperti
penyakit tumor dan kangker semata-mata berdasarkan hasil studi epidemiologi yang
negatif, sebenarnya kurang tepat. Pada studi yang melibatkan populasi kecil
(misalnya 1000 orang) terasa wajar apabila hasil studi tentang sejenis tumor
yang hanya terjadi pada beberapa kasus per 100.000 orang, menjadi negatif.
Kesulitan menjadi lebih besar apabila pengaruh yang dicari tersebut dapat
timbul karena hal lain, dapat diperkirakan bahwa persentase peningkatan dalam
prevalensi akan sangat kecil. Hal yang sama ditemukan pada studi eksperimental.
Di dalam studi eksperimental, adanya hubungan antara dosis dan respons untuk
dosis rendah sangat sulit untuk dibuktikan, karena kecilnya jumlah orang yang
dapat diteliti. Pengaruh jangka panjang bisa dilaksanakan pada binatang
percobaan, tetapi lagilagi di dalam mengekstrapolasikan penemuan tersebut untuk
manusia sering tidak pasti. Hal yang sering ditemui dalam studi eksperimental
seperti ini adalah kesulitan untuk mensimulasikan kondisi pajanan yang
sebenarnya. Karena itu maka evaluasi secara ilmiah tentang da mpak dari suatu
pencemaran terhadap kesehatan, apabila mungkin, harus didasarkan pada sifat
kimiawi dari tiap senyawa, metabolismenya dan sifat umum lainnya, di samping
yang juga ditemukan dalam studi epidemiologi dan eksperimental.
J. DAMPAK
EMISI GAS BUANG TERHADAP LINGKUNGAN
Tidak semua senyawa yang terkandung
di dalam gas buang kendaraan bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan
selain manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna
seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatian
orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara alamiah
banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak menepati
urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat
penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2
disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi
panas dan menghalangi jalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan
yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di
permukaan bumi dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat
melelehnya gunung-gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus
alamiah. Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak
diketahui. Pada tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap
pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau
coklat merah pada permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan
dan bangunan disebabkan karena SO2 dan SO3 di udara, yang
masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara ini
dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan
bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada
logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakian dan tumbuhan.
Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog.
NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan
menyebabkan warna bahan putih menjadi kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar
25 ppm yang pada umumnya dihasilkan adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan
kerusakan pada banayak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya
dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan.
Tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan
terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu
pemajanan 8 bualan terus menrus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai je
nis tanaman.
K. PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA KENDARAAN BERMOTOR
Berbagai pengaruh negatif yang
ditimbulkan oleh zat pencemar dari kendaraan bermotor, sangat merugikan
kehidupan manusia. Karena alasan itu maka berbagai usaha untuk memahami lebih
jauh serta pengendalian pencemaran udara tersebut terus dilakukan berbagai
pihak. Pemahaman dan pengendalian pencemaran uadar dari kendaraan bermotor dapat
didekati dari 3 aspek yang dilaksanakan secara simultan, yakni:
1.
Penerapan teknologi pengendalian sumber
pencemar.
Dengan mengasumsikan bahwa sumber
pencemar dapat dikendalikan atau direduksi hingga berada pada tingkat yang
telah ditentukan sebelumnya, untuk memenuhi suatu regulasi dan nilai ambang
batas yang diinginkan.
2.
Penggunaan bahan bakar yang berkadar
pencemaran rendah.
3.
Pengendalian transportasi dan lalu lintas
yang optimal.
1.
Teknologi Pengendalian Sumber Pencemar
Besarnya konsentrasi zat pencemar
dari kendaraan bermotor didalam udara sangat dipengaruhi oleh besarnya zat
pencemar yang dihasilkan oleh masing-masing kendaraan bermotor yang
bersangkutan serta banyaknya kendaraan bermotor yang menyeburkan zat pencemar
pada suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. Oleh karena itu,
penggunaan kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat pencemar besar, berarti
denagn sengaja memberikan konstribusi peningkatan konsentrasi pencemaran udara
di wilayah yang bersangkutan. Usaha pengunaan teknologi motor yang lebih baik,
penggunaan bahan bakar berkualitas lebih baik, peningkatan kualitas perawatan
serta pengendalian pencemaran uadra dari kendaraan bermotor perlu segera
dilakukan oleh semua pihak. Oleh karena itu, para pakar otomotif cenderung
melakukan kegiatan rancang bangun dan rekayasa motor yang mengarah kepada
teknologi yang kompak, ringan, menghasilkan daya motor yang tinggi dengan zat
pencemar yang rendah , serta irit bahan bakar. Untuk itu beberapa pakar
otomotif telah mengembangkan berbagai teknologi kendaraan bermotor, anatar lain
: penyempurnaan sistem pembakaran, penggunaan peralatan elektronik, pemilihan /
penggunaan bahan bakar kualitasnya lebih baik, melaksanakan perawatan dengan
baik, melaksanakan pengujian terhadap setiap kendaraan bermotor yang
dioperasikan dijalan dan lain sebagainya. Namun demikian, memilih teknologi
yang tepat dalam rangka menurunkan dan / atau mengendalikan zat pencemar
kendaraan bermotor kadang-kadang mengalami kesulitan, karena usaha penurunan
kadar polutan tersebut biasanya diikuti oleh penurunan tenaga motor dan /atau
konsumsi bahan bakar bertambah boros dan / atau memerlukan biaya yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan oleh korelasi yang sangat erat antara faktor satu dengan
faktor lainnya, sedemikian rupa sehingga memperbaiki parameter yang satu dapat
memperburuk parameter yang lain. Mengingat kebutuhan yang sangat mendesak,
semua pihak diharuskan untuk menurunkan kadar polutan gas buangan kendaraan
bermotor meskipun perlu diikuti pengorbanan, berupa penurunan tenaga mesin,
pemakaian bahan bakar yang lebih poros maupun biaya relatif lebih tinggi. Oleh
karena itu, banyak para ahli teknologi kendaraan bermotor bekerja keras untuk
mengembangkan cara yang lebih efektif dan efisien untuk mengendalikan zat
pencemar gas buangan kendaraan bermotor dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
2.
Penggunaan Bahan Bakar Berkadar Pencemaran
Rendah
a.
Dari sekian jenis zat pencemar dari
kendaraan bermotor terdapat jenis zat Pencemar yang keberadaannya sangat
ditentukan oleh kualitas atau unsur-unsur yang terkandung dalam bahan bakar
yang digunakan. Zat pencemar dimaksud adalah timah hitam dan sulfur.
b.
Timah hitam yang dihirup masuk ke paru-paru
sangat membahayakan kesehatan manusia. Zat ini sengaja ditambahkan ke dalam
bensin dalam bentuk tetra-ethyl lead atua tetra methyl lead, karena merupakan
cara paling murah untuk menaikkan bilangan oktan bensin.
c.
Dalm proses pembakaran, timah hitam tidak
tertinggal di ruang bakar, tetapi diemisikan ke udara bersama-sama dengan gas
buangan kendaraan bermotor.
d.
Bahan bakar bensin yang tidak mengandung
timah hitam, namun tetap mempunyai bilangan oktan tinggi telah digunakan dan
dikembangkan di beberapa negara. Oleh karena itu, para pakar otomotif telah
mengembangkan rancang bangun dan rekayasa motor modern dengan menggunakan bahan
bakar bebas timah hitam.
e.
Penggunaan bahan bakar gas (BBG) sebagai
bahan bakar alternatif kendaaan bermotor merupakan salah satu jawaban terhadap
permasalahan pengendalian pencemaran uadra dari kendaraan bermotor. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar jenis ini mampu meredusir
kadar pencemaran sebesar lebih 90% bila dibandingkan dengan bensin. Namun,
penurunan kadar emisi gas buangan tersebut diikuti dengan penurunan daya
sekitar 10 – 17%. Walaupun demikian, penggunaan bahan bakar alternatif jenis
ini perlu ditingkatkan.
f.
Disamping itu, masih banyak energi
alternatif lain yang membantu kebijaksanaan udara bersih, antara lain
penggunaan energi listrik, hidrogen, energi matahari, dan lain sebagainya.
Namun energi jenis ini masih dalam penelitian dan percobaan negara maju.
3.
Pengendalian System Transportasi dan Lalu
Lintas Secara Optimal
a.
Konsentrasi zat pencemar udara dari
kendaraan bermotor sanagt bergantung pada kadar zat pencemar yang diemisikan
oleh masing-masing kendaraan bermotor serta jumlah kendaraan bermotor yang
dioperasikan paad suatu wilayah/ daerah dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena
itu, pengendalian system transportasi dan lalu lintas secara optimal merupakan
salah satui cara untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar tersebut.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah masalah pemilihan
sarana angkutan yang tepat, optimalisasi pemanfaatan ruas jalan, mengemudikan
kendaraan bermotor secara baik dan benar, kondisi lingkungan transportasi dan
lalu lintas, kelancaran lalu lintas sistem pengaturan dan pengendalian dan lain
sebagainya.
b.
Pemilihan sarana angkutan umum yang
bersifat massal merupakan salah satu usaha untuk memanfaatkan ruas jalan secara
optimal. Pemilihan sarana angkutan massal tersebut disamping dapat memecahkan
masalah transportasi, juga sangat membantu penataan kondisi lalu lintas yang
lebih lancar, menghemat pemakaian energi per penumpang / ton barang, tarif yang
relatif murah, mengurangi banyaknya konsentrasi zat pencemar di udara, dan lain
sebagainya. Untuk itu, Departemen Perhubungan telah menetapkan kebijaksanaan
yang mengarahkan penggunaan sarana pengangkutan yang bersifat massal ini.
c.
Keterampilan serta tingkah laku pengemudi
kendaraan bermotor juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya
zat pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor bahwa ada hubungan yang
sangat erat antara cara mengemudikan kendaraan bermotor dengan besarnya zat
pencemar yang dihasilkannya.
- Gas CO
meningkat, jika kendaraan bermotor diperlambat atau dalam keadaan idling.
- Gas HC meningkat pada saat terjadinya
penggantian persneling dan kendaraan bermotor mengalami perlambatan.
-
Gas NOx meningkat pada saat kendaraan
bermotor dipercepat.
L. KNALPOT
Knalpot adalah salah satu saluran gas buang yang punya fungsi
mengalirkan gas buang dari ruang baker mesin dan merendam suara yang keluar
dari ruang bakar mesin
Knalpot juga sangat
berpengaruh terhadap tenaga mesin ,jadi sebenarnya knalpot yang baik harus
memiliki rancangan yang dapat memberikan tekanan balik (back pressure) yang
tepat agar dapat menghasilkan tenaga mesin yang optimal
1.
Fungsi
Knalpot:
v Untuk
menyalurkan gas buang hasil pembakaran
v Meningkatkan
tenaga engine
v Meredam
suara hasil pembakaran seminimum mungkin
2.
Konstruksi Knalpot
Dari bentuk luar, knalpot yang umum digunakan
pada sepeda motor adalah jenis botol dan gepeng (knalpot vespa). Namun yang
terpenting pada konstruksi knalpot adalah suatu desain yang harus dapat
mendukung fungsi dari knalpot itu sendiri.
3.
Komponen Utama
4.
Catalytic
Converter
berfungsi menggubah
sisa gas buang yang beracun yaitu korban monoksida menjadi karbondioksida dan
uap air.
5.
Gangguan Pada Knalpot
1.
Leher dan peredam knalpot tersumbat arang
2.
Peredam/muffler keropos
3.
Pengencangan baut pengikat leher knalpot kurang
1.
Leher dan peredam knalpot tersumbat arang
2.
Peredam/muffler keropos
6.
Perawatan
dan Perbaikan Knalpot
v Membersihkan
leher knalpot
v Menambal
peredam knalpot
v Mengganti perapat
sambungan leher knalpo.
No comments:
Post a Comment